Jumat, 29 Juni 2012

si kitty dan miopi


Satu minggu yang lalu, saya baru mendapatkan teman baru, sebuah lampu belajar bernama kitty yang saya peroleh dari penukaran tiket di sebuah pusat bermain keluarga. Rasanya.. Senang bukan kepalang, bahagia tak terperi  saat saya mendapatkan kitty. Maklum sudah lama sekali saya menginginkannya. Satu minggu sudah ia berada di atas meja belajar di kamar saya. Tapi belum sekalipun saya menggunakannya. Hanya sesekali saya sering iseng memencet hidung kitty, yang berfungsi sebagai tombol  on-off lampu.

Teringat 12 tahun lalu, saat saya duduk dikelas 5 SD. Saya divonis menderita miopi  dan diharuskan menggunakan kacamata  -1. Dokter yang memeriksa saya menganjurkan saya untuk menggunakan lampu belajar jika belajar dan membaca di malam hari, agar minus mata tidak bertambah parah. Tapi baik saya ataupun orang tua, tidak mengindahkan nasehat itu. Karena.. bagaimana mungkin punya lampu belajar, sedang saya sendiri tidak punya meja belajar saat itu (kasihan -.-!). Jika belajar dimalam hari atau mengerjakan pekerjaan rumah, saya mengerjakannya diruang tamu, di ruang keluarga, atau di tempat tidur. Satu minggu, satu bulan, satu tahun, dan bertahun tahun, akhirnya saya lupa akan keinginan memiliki lampu belajar meskipun tiga tahun kemudian, saat saya duduk di kelas 2 SMP, saya sudah punya meja belajar sendiri.

Baru satu bulan terakhir ini keinginan untuk punya lampu belajar itu hadir kembali. Ketika berada di pusat bermain keluarga, saya tertarik pada kitty yang menjadi salah satu hadiah penukaran tiket. Keinginan itu lebih didorong karena bentuk kitty yang imut, bukan karena hasrat masa lalu. Setelah saya memilikinya, saya malah bingung kapan harus menggunakannya. Sekarang saya berstatus mahasiswa strata 2, semua tugas dan apapun yang berhubungan dengan pelajaran, selalu saya lakukan didepan komputer. Menulis, membaca, selalu didepan komputer. Dan kitty.. si lampu belajar kapan harus digunakan? Kini fungsi utamanya berubah dari alat bantu belajar menjadi properti pemanis ruangan dan penghilang rasa bosan.  Kitty, sebuah contoh pemuasan hasrat yang terlambat. Saat ia benar benar dibutuhkan, malah tidak dipenuhi, dan sekarang saat hasrat tlah usai, tak ada lagi guna. Kitty akan sangat berguna jika kumiliki 12 tahun lalu. Tapi tidak saat ini.

Belakangan saya tau, mengapa dokter menganjurkan menggunakan lampu belajar saat membaca atau menulis dimalam hari. Mata seorang anak yang sedang dalam masa pertumbuhan akan terus berkembang, memanjang, atau memipih sampai pertumbuhannya berhenti atau menjadi dewasa. Jika mata anak minus (mata cenderung lebih panjang dari mata normal) pada masa itu, sebenarnya masih bisa disembuhkan. Dengan menggunakan kacamata cekung dan mengurangi faktor –faktor yang bisa memperparah kerusakan mata.

Miopi sendiri terjadi akibat mata yang terus terusan dipaksa untuk melihat benda dalam jarak dekat dan dalam situasi minim cahaya. Dalam situasi ini mata secara otomatis akan berakomodasi dan mempertebal lensa mata sehingga mata cenderung tumbuh memanjang. Hal ini menyebabkan bayangan benda yang dilihat tidak jatuh tepat diretina melainkan didepan retina mata, inilah yang dimaksud dengan kelainan mata miopi. Penglihatan menjadi kabur dan berbayang. Mata harus dibantu dengan lensa cekung agar bayangan benda dapat jatuh tepat di retina dan mata dapat melihat dengan normal.

Dengan membiasakan memakai kacamata, mengurangi faktor-faktor yang dapat menambah panjang ukuran mata, dan didukung makanan-makanan kaya vitamin A, kelainan mata miopi pada anak dapat diatasi, atau minimal minus mata tidak bertambah. Saat anak telah dewasa dan pertumbuhan telah maksimal, kecenderungan pertumbuhan dan pembentukan mata akan menjadi permanen. Dengan kata lain setelah dewasa, kemungkinan minus mata bertambah atau berkurang akan semakin kecil karena pertumbuhan mata telah berhenti.

Sesal kemudian memang tiada guna. Sekarang minus mata saya bertambah dari -1 menjadi  -1,75. Entah apakah itu ukuran sebenarnya atau tidak. Saya sendiri takut memeriksakan mata ke dokter mata. Saya takut dokter akan mengatakan hal – hal yang tidak ingin saya dengar. Tentang minus mata yang bertambah. Sejauh ini saya merasa nyaman memakai kacamata -1,75. Saya merasa pusing, dan mata menjadi perih jika memakai kacamata dengan ukuran minus diatasnya. Dari sana saya menarik kesimpulan bahwa saat ini mata saya -1,75. Saat inipun saya sudah jarang memakai kacamata. Hanya pada saat menyapu lantai, agar kotoran dan debu dapat terlihat dengan jelas, atau pada saat melihat ke depan, papantulis, pada saat belajar dikelas dan pada saat mengawas ujian.

Ada satu hal yang saya sukuri dari mata minus ini. Dalam jarak pandang tertentu, saya tidak ragu untuk memandang lawan bicara berbeda jenis. Secara tidak langsung saya dapat menahan pandangan meski tidak menundukkan wajah. Boro-boro mau curi-curi pandang, saya sendiri bingung yang mana mata, yang mana hidung yang mana mulut. Semua tampak sama dimata ini. Selain itu, saat bicara dihadapan orang banyak, saya dapat dengan mudah menghilangkan rasa gugup. Karena walau pada kenyataan saya berhadapan dengan banyak orang dan banyak pasang mata yang menatap, tapi semua tampak kabur, rabun, tidak jelas.

Dari -1 ke -1,75 bukanlah prestasi yang buruk. Karena banyak teman saya yang juga berkacamata hanya dalam kurun waktu satu tahun minus matanya sudah bertambah dari -1 sampai -2 bahkan -3. Jika mengingat masa kecil saat mulai berkacamata, usaha saya untuk sembuh tidak bisa dianggap enteng. Saya sangat rajin memakai kacamata. Bahkan seringkali saat mandi, sholat, atau tidur saya lupa melepaskan kacamata (sangkin rajinnya). Kacamata selalu menggantung di wajah. Begitupun dengan makanan. Saya sangat menjaga pola makan. Segala macam sayur dan buah yang mengandung vitamin A selalu saya habiskan. Hanya saja, kebiasaan untuk melakukan banyak aktifitas dalam jarak pandang yang dekat tidak saya tinggalkan. Juga dengan kebiasaan memaksa mata membaca, melihat di tempat yang kurang cahaya. Jika waktu itu usaha saya dibarengi dengan merubah kebiasaan mungkin minus mata saya tidak bertambah atau bahkan bisa sembuh. Mungkin!

Suatu kali terbesit kekauhatiran, apakan nanti jika saya punya anak, anak saya akan berkacamata pula? (sekali sekali mikir jauuuuh ke masa depan!) Alhamdulillah ternyata tidak! Karena mata minus saya bukan karena faktor keturunan, tetapi karena faktor kebiasaan yang jelas tidak menurun.

Tips parenting dari saya, jika ada dari teman-teman punya anak berkacamata minus yang masih dalam masa pertumbuhan, jangan biarkan ia sendiri menghadapinya. Memang, memiliki anak berkacamata sama sekali tidak buruk! Tapi akan lebih baik jika tidak berkacamata. Mungkin di rumah ia terlihat senang dengan kacamatanya, tapi akan berbeda jika disekolah atau dilingkungan diluar rumah. Tidak ada jaminan Teman - teman, orang – orang disekitar akan menganggap berkacamata adalah hal yang normal. “Kecil-kecil sudah pakai kacamata!”, “Matanya rusak ya?” Atau, “mangkanya jangan nonton terlalu dekat!” (pakai nuduh lagi!) bisa jadi kalimat kalimat diatas akan sering sampai ditelinga ananda kita. kalimat berbahaya ini bisa mengurangi kepercayaan dirinya dan anak akan mudah minder, menjadi pemalu, merasa berbeda dari teman lainnya dan merasa tidak normal.

Jika kita mampuh sebagai orang tua, berusahalah untuk membantu ananda menyembuhkan mata minusnya, memberikan dukungan dan meyakinkan mereka, bahwa ananda pasti akan sembuh dengan berusaha dan berdo’a. Jika tidak berhasil, paling tidak mereka akan terhindar dari krisis percaya diri, dan yang lebih penting, didalam hatinya anda akan dicatat sebagai orangtua yang perduli.

Rada gak nyambung dari opening tentang si kitty:P
Semoga kita bisa menjaga mata ananda, karena dengan begitu kita menjaga dunianya:)
Salam^^

*balada penderita miopi -1,75